Pembenihan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni)
I. PENDAHULUAN
Ikan Jelawat ( Leptobarbus hoeveni ) merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang terdapat di beberapa sungai di Kalimantan dan Sumatera. Permintaan pasar terhadap ikan ini cukup tinggi dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari oleh masyarakat dibeberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei, sehingga merupakan komoditas yang sangat potensial dan mendorong minat masyarakat untuk mengembangkannya. Namun yang menjadi kendala adalah ketersediaan benih, karena selama ini pasokan benih masih mengandalkan tangkapan dari alam yang jumlahnya terbatas dan bersifat musiman sehingga kurang terjaminnya kontinuitas pasokan benih untuk kegiatan pembudidayaan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan benih serta jumlah induk di alam yang semakin menurun, maka diperlukan suatu teknologi pembenihan yang dapat mengatasi masalah tersebut serta sekaligus dalam upaya pelestarian plasma nutfah ikan asli perairan Indonesia.
II. ASPEK BIOLOGI
2.1. Morfologi
Bentuk tubuhnya yang agak bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah-merahan, mempunyai 2 pasang sungut.
2.2. Klasifikasi
Klasifikasi ikan Jelawat :
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Sub famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Species : Leptobarbus hoeveni
III. PEMBENIHAN
3.1. Pematangan Gonad
Pematangan gonad induk dilakukan di kolam atau karamba, dengan kualitas air meliputi: oksigen terlarut lebih dari 3 ppm, pH 6 - 7, suhu air 23 - 31 0C dan kecerahan 30 - 45 cm. Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein + 30% dengan frekwensi pemberian 2 - 3 kali/hari, selain itu diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Ciri – ciri induk matang gonad adalah :
Betina :
Perut membesar dan lembut
Apabila diurut ke arah anus akan keluar cairan kekuningan.
Sirip dada halus dan licin
Jantan :
Perut langsing
Apabila diurut akan keluar cairan putih ( sperma )
Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba
3.2. Pemijahan
Pemijahan ikan Jelawat dilakukan dengan metode penyuntikan (induced breeding) menggunakan Hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0,7 ml / kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12 jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada bagian punggung.
3.3. Stripping (Pengeluaran telur dan sperma dari Induk))
Stripping dilakukan setelah 4 – 6 jam dari suntikan terakhir. Telur dan sperma ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.
3.4. Penetasan
Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm tinggi 50 cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah diberi aerasi yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 – 20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 0C, dalam waktu 18 – 24 jam telur akan menetas kemudian larva ditampung dalam bak perawatan. Selama dalam perawatan larva diberi pakan berupa nauplii artemia atau emulsi kuning
telur yang telah direbus. Setelah larva berumur antara 7 – 10 hari, kemudian
ditebarkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.
IV. PENDEDERAN
Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva.
Meliputi kegiatan pengeringan kolam, pengolahan tanah dasar, perbaikan pematang, pembuatan kemalir, pemberian kapur tohor dengan dosis 50 gr/m2 serta pemupukan dengan dosis 250 – 500 gr/m2 tergantung tingkat kesuburan kolam. Selain itu pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari dengan tingkat kepadatan 100 – 200 ekor/m2, selama kegiatan pendederan benih diberi pakan buatan berupa pelet yang dihaluskan dengan kandungan protein 25 – 28 % sebanyak 20% dari bobot biomassa, dengan frekwensi pemberian 3 kali per hari. Lama pemeliharaan 2 – 3 minggu.
Sumber Informasi :
• UPIS Anjungan Kalimantan Barat dan
• Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin
Informasi lebih lanjut hubungi:
UPIS Anjungan Kalimantan Barat Jl. Raya Mandor km 70 Anjungan
Ds. Kepayang Kec. Sungai Pinyuh Kab. Pontianak
Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin Jl. Tahura Sultan Adam Km 14 Banjarbaru
Telp./Fax : (0511) 780758
Departemen Kelautan dan Perikanan
Ikan Jelawat ( Leptobarbus hoeveni ) merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang terdapat di beberapa sungai di Kalimantan dan Sumatera. Permintaan pasar terhadap ikan ini cukup tinggi dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari oleh masyarakat dibeberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei, sehingga merupakan komoditas yang sangat potensial dan mendorong minat masyarakat untuk mengembangkannya. Namun yang menjadi kendala adalah ketersediaan benih, karena selama ini pasokan benih masih mengandalkan tangkapan dari alam yang jumlahnya terbatas dan bersifat musiman sehingga kurang terjaminnya kontinuitas pasokan benih untuk kegiatan pembudidayaan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan benih serta jumlah induk di alam yang semakin menurun, maka diperlukan suatu teknologi pembenihan yang dapat mengatasi masalah tersebut serta sekaligus dalam upaya pelestarian plasma nutfah ikan asli perairan Indonesia.
II. ASPEK BIOLOGI
2.1. Morfologi
Bentuk tubuhnya yang agak bulat dan memanjang, mencerminkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerah-merahan, mempunyai 2 pasang sungut.
2.2. Klasifikasi
Klasifikasi ikan Jelawat :
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Sub famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Species : Leptobarbus hoeveni
III. PEMBENIHAN
3.1. Pematangan Gonad
Pematangan gonad induk dilakukan di kolam atau karamba, dengan kualitas air meliputi: oksigen terlarut lebih dari 3 ppm, pH 6 - 7, suhu air 23 - 31 0C dan kecerahan 30 - 45 cm. Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein + 30% dengan frekwensi pemberian 2 - 3 kali/hari, selain itu diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Ciri – ciri induk matang gonad adalah :
Betina :
Perut membesar dan lembut
Apabila diurut ke arah anus akan keluar cairan kekuningan.
Sirip dada halus dan licin
Jantan :
Perut langsing
Apabila diurut akan keluar cairan putih ( sperma )
Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba
3.2. Pemijahan
Pemijahan ikan Jelawat dilakukan dengan metode penyuntikan (induced breeding) menggunakan Hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0,7 ml / kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12 jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada bagian punggung.
3.3. Stripping (Pengeluaran telur dan sperma dari Induk))
Stripping dilakukan setelah 4 – 6 jam dari suntikan terakhir. Telur dan sperma ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.
3.4. Penetasan
Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm tinggi 50 cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah diberi aerasi yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 – 20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 0C, dalam waktu 18 – 24 jam telur akan menetas kemudian larva ditampung dalam bak perawatan. Selama dalam perawatan larva diberi pakan berupa nauplii artemia atau emulsi kuning
telur yang telah direbus. Setelah larva berumur antara 7 – 10 hari, kemudian
ditebarkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.
IV. PENDEDERAN
Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva.
Meliputi kegiatan pengeringan kolam, pengolahan tanah dasar, perbaikan pematang, pembuatan kemalir, pemberian kapur tohor dengan dosis 50 gr/m2 serta pemupukan dengan dosis 250 – 500 gr/m2 tergantung tingkat kesuburan kolam. Selain itu pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari dengan tingkat kepadatan 100 – 200 ekor/m2, selama kegiatan pendederan benih diberi pakan buatan berupa pelet yang dihaluskan dengan kandungan protein 25 – 28 % sebanyak 20% dari bobot biomassa, dengan frekwensi pemberian 3 kali per hari. Lama pemeliharaan 2 – 3 minggu.
Sumber Informasi :
• UPIS Anjungan Kalimantan Barat dan
• Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin
Informasi lebih lanjut hubungi:
UPIS Anjungan Kalimantan Barat Jl. Raya Mandor km 70 Anjungan
Ds. Kepayang Kec. Sungai Pinyuh Kab. Pontianak
Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin Jl. Tahura Sultan Adam Km 14 Banjarbaru
Telp./Fax : (0511) 780758
Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Perbenihan 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar